JAKARTA - Manchester City mengakhiri musim kompetisi dengan kegagalan meraih trofi. Sebaliknya, Crystal Palace yang tampil sebagai juara Piala FA setelah mengalahkan Man City 1-0 dalam laga final di Stadion Wembley, London, Sabtu, 17 Mei 2025 malam WIB.

Palace berhasil menorehkan prestasi mengesankan. Tampil sebagai tim nonunggulan di final Piala FA, Palace sukses membalikkan prediksi dengan menaklukkan Man City.

Ya, Man City yang sudah pasti memiliki kedalaman skuad jelas menjadi unggulan di laga puncak. Apalagi, tim asuhan Pep Guardiola berharap ingin menutup kompetisi dengan meraih trofi.

Musim ini, Man City mengalami kegagalan. Mereka kehilangan trofi Liga Premier yang dimenangkan empat kali berturut-turut.

Bahkan Man City sudah terlempar dari lima besar menyusul kemenangan 1-0 Chelsea atas Manchester United. Bila tidak memperbaiki peringkat untuk masuk zona Liga Champions, mereka bakal absen di kompetisi kasta tertinggi Eropa.

Keberhasilan lolos ke final Piala FA sesungguhnya memberi peluang bagi Man City untuk mengakhiri kompetisi dengan mengangkat satu trofi. Hanya, harapan itu akhirnya kandas. Meski lebih diunggulkan dan sepenuhnya menguasai permainan, namun The Cityzens tak mampu mencetak gol.

Bagaimana tidak, ball possession Man City mencapai 79%. Erling Haaland dkk juga melepaskan 23 tendangan ke gawang. Namun mereka tak mampu memecah kebuntuan.

Bahkan peluang emas saat mendapat hadiah penalti pun tak bisa dimaksimalkan. Eksekusi penalti Omar Marmoush bisa digagalkan kiper Dean Henderson yang bermain cemerlang.

Ironisnya, Man City memiliki rekor bagus dalam pertemuan dengan Palace musim ini. Mereka bermain imbang 2-2 saat menyambangi markas Palace di kompetisi domestik. Selanjutnya, Man City menang telak 5-2 saat menjamu rivalnya di Etihad.

Namun Palace yang menduduki peringkat 12 di klasemen Premier League Inggris justru menunjukkan permainan terbaik saat mencoba mengimbangi Man City. Bahkan The Eagles justru mampu memanfaatkan celah untuk membobol gawang Stefan Ortega melalui Eberechi Eze.

Gol Eze membawa Palace unggul 1-0. Man City berpeluang menyamakan skor saat mendapat hadiah penalti menyusul dijatuhkannya Bernardo Silva oleh bek Tyrick Mitchell di area terlarang. Namun Haaland yang biasa mengambil eksekusi justru menyerahkannya kepada Marmoush yang malah gagal menjalankan tugas.

"Luar biasa. Kami sudah merasakan bila pertandingan ini akan menjadi milik kami. Dan, kami pantas memenangkannya," kata Henderson.

"Haaland seharusnya yang mengambil penalti, tetapi dia memberikannya kepada Marmoush. Saya tahu bola diarahkan ke mana. Saya tahu benar. Jadi saya yakin bisa menggagalkannya," ucap dia.

Penyelamatan eksekusi penalti menjadi kunci kemenangan Palace. Apalagi Henderson kemudian juga menggagalkan sundulan dari jarak dekat Josko Gvardiol.

Sebaliknya, Palace memiliki peluang menambah gol. Gelandang Ismaila Sarr mendapat kesempatan membobol gawang Man City melalui sepakan dari jarak dekat. Namun usaha dia bisa digagalkan Ortega

Di babak kedua, Daniel Munoz berhasil memperbesar keunggulan setelah menyelesaikan bola silang Jean-Philippe Mateta. Hanya, gol yang tercipta di menit 58 ini kemudian dianulir wasit. Pasalnya, Sarr sudah dalam posisi offside sebelum Munoz mencetak gol.

Selanjutnya, Man City bermain agresif menekan pertahanan Palace. Paling tidak peluang dari Haaland dan Claudio Echeverri masih bisa digagalkan. Skor 1-0 untuk Palace bertahan hingga laga usai. Palace pun untuk kali pertama meraih Piala FA sejak berdirinya klub itu 164 tahun lampau.

Ini juga keberhasilan Palace setelah dua kali gagal di laga final. Palace yang saat itu bermain di divisi bawah berhasil ke final 1990 setelah secara dramatis menyingkirkan Liverpool. Namun mereka harus mengakui keunggulan MU meski harus melakoni replay.

Begitu pula pada usaha kedua di tahun 2016. Lagi-lagi, mereka kalah lawan MU. Saat mencoba usaha ketiga, tim yang ditangani Oliver Glasner ini akhirnya berhasil. Glasner pun menjadi manajer asal Austria pertama yang memenangi Piala FA. Dan Palace untuk kali pertama pula akan berlaga di Liga Europa.

"Saya sungguh tak percaya. Bila Anda bermain seperti itu sebanyak 10 kali, kami bisa menjadi juara. Dan, itu yang terjadi," kata Glasner yang menggantikan Roy Hodgson di Palace.

"Kami berhasil mencetak gol lebih dulu dan kemudian bertahan dengan sangat bak. Kiper kami juga bermain luar biasa. Kami menunjukkan mentalitas yang kuat dan kebersamaan. Saya bangga pada tim ini. Selamat untuk mereka," ujarnya.

Sementara, Eze menunjukkan kepuasannya Palace berhasil mencetak sejarah. "Ini seperti mimpi bagi saya dan klub. Siapa yang percaya kami bisa melakukannya? Tetapi kami akhirnya bisa mencetak sejarah," ucap Eze.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)