JAKARTA - Sidang tujuh profesional kesehatan yang dituduh lalai dalam kematian Diego Maradona pada Selasa, 20 Mei 2025, waktu setempat, ditangguhkan selama seminggu setelah salah satu hakim dituduh tidak memihak dan mengizinkan pembuatan film dokumenter tentang sidang tersebut.
Jaksa Patricio Ferrari mengajukan permintaan penangguhan dan sidang akan dihentikan hingga 27 Mei 2025. Sementara pengadilan meninjau peran hakim Julieta Makintach yang diduga mengizinkan pembuatan film dokumenter selama persidangan.
Makintach adalah satu dari tiga hakim yang menangani kasus tersebut dan telah membantah melakukan kesalahan.
Namun, Ferrari berpendapat bahwa situasi tersebut membahayakan prestise peradilan.
BACA JUGA:
Pengacara yang mewakili keluarga Maradona telah bergabung dengan permintaan jaksa untuk penangguhan.
Pengacara untuk dua putri Maradona, Fernando Burlando, mengatakan penghentian sementara akan menghasilkan ketenangan, ketelitian, dan kelanjutan proses.
Minggu lalu, pengacara yang mewakili Leopoldo Luque, dokter utama Maradona saat kematiannya dan salah satu terdakwa utama, telah meminta Makintach dikeluarkan dari persidangan.
Alasan, hakim tersebut telah menunjukkan kurangnya kenetralan dalam persidangan.
Pengacara Luque, Julio Rivas, mengatakan bahwa dia telah dihubungi oleh BBC yang meminta wawancara karena mereka sedang membuat film dokumenter tentang persidangan tersebut.
Rivas menambahkan telah menerima informasi bahwa perusahaan produksi yang terlibat dalam film dokumenter tersebut terkait dengan Juan Makintach, saudara laki-laki hakim tersebut.
Polisi mengatakan pada pekan lalu bahwa mereka melihat kamera di ruang sidang. Seorang pejabat ruang sidang mengatakan keberadaannya telah disetujui oleh Makintach.
Maradona, yang memimpin Argentina meraih gelar Piala Dunia pada 1986, meninggal pada 25 November 2020 saat menjalani perawatan di rumah sakit di pinggiran Buenos Aires, beberapa hari setelah menjalani operasi hematoma yang terbentuk di antara tengkorak dan otaknya. Saat itu ia berusia 60 tahun.
Tujuh profesional kesehatan diadili karena gagal memberikan perawatan yang memadai dan dapat menghadapi hukuman maksimal 25 tahun penjara.