JAKARTA - Keputusan untuk bercerai adalah salah satu keputusan paling besar dalam hidup, dan sering kali melibatkan berbagai emosi yang kompleks. Sayangnya, banyak pasangan yang tergesa-gesa mengambil langkah ini saat berada dalam kondisi emosional, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada emosi sesaat dapat mengakibatkan penyesalan di kemudian hari, baik bagi pasangan itu sendiri maupun keluarga mereka. Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk mengambil waktu, memikirkan secara matang, dan mempertimbangkan semua aspek sebelum memutuskan untuk berpisah.
Psikolog Nirmala Ika, M.Psi, menyarankan agar pasangan suami istri tidak mengambil keputusan untuk bercerai dalam keadaan emosional. Sebaliknya, mereka harus merenungkan secara mendalam apakah perceraian benar-benar merupakan solusi terbaik bagi situasi mereka.
"Intinya adalah jangan mengambil sebuah keputusan emosional, meskipun terkadang kita tahu ada masalah yang sudah sulit diperbaiki. Jika perceraian menjadi pilihan terbaik, itu harus diputuskan dengan pikiran jernih," ujar Nirmala, lulusan Universitas Indonesia, seperti dikutip ANTARA.
Nirmala menjelaskan keputusan cerai yang diambil secara impulsif, khususnya dalam kondisi emosional atau secara sepihak, dapat menimbulkan dampak negatif. Mantan pasangan berisiko mengalami stres, depresi, hingga konflik berkepanjangan dengan keluarga.
Oleh karena itu, ia menyarankan pasangan untuk mempertimbangkan semua konsekuensi yang mungkin terjadi sebelum membuat keputusan akhir. "Pasangan harus memikirkan dampaknya bagi kedua belah pihak, baik secara emosional, finansial, maupun sosial," tambahnya.
Bila perlu, pasangan yang mempertimbangkan perceraian disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional, seperti psikolog atau konselor pernikahan. Layanan profesional dapat membantu pasangan mengevaluasi situasi pernikahan mereka secara objektif dan mencari solusi terbaik, baik itu mempertahankan hubungan atau memutuskan untuk berpisah.
BACA JUGA:
"Jika pasangan memutuskan bercerai setelah mempertimbangkan semua faktor, mereka cenderung lebih siap menghadapi konsekuensi keputusan tersebut, termasuk saat memberitahu keluarga," jelas Nirmala.
Nirmala menekankan pentingnya kejujuran saat menyampaikan keputusan kepada keluarga. Namun, jika kejujuran penuh sulit dilakukan, pasangan dapat memilih untuk memberikan penjelasan yang lebih sederhana dan mudah diterima, asalkan tidak menyembunyikan hal-hal penting.
"Baiknya jujur, karena kejujuran membantu keluarga memahami situasi. Tetapi, jika sulit untuk jujur sepenuhnya, sampaikan alasan yang lebih bisa diterima tanpa menimbulkan kebingungan," katanya.
Nirmala juga mengingatkan bahwa pasangan yang hendak bercerai perlu menghindari tindakan emosional sejak awal. Hal ini penting untuk memastikan proses perceraian dapat berjalan dengan baik, tanpa konflik tambahan yang justru memperumit situasi.
Dalam kasus tertentu, anggota keluarga bisa berperan sebagai mediator untuk membantu pasangan yang bercerai berkomunikasi dengan keluarga besar. Hal ini bertujuan mencegah kesalahpahaman yang sering muncul akibat emosi yang tidak terkendali.
Keputusan untuk bercerai memang tidak mudah, tetapi dengan pertimbangan matang, konsultasi profesional, dan komunikasi yang baik, pasangan dapat menghadapi proses ini dengan lebih tenang dan bijaksana.