JAKARTA - Masa remaja merupakan fase penting bagi anak laki-laki maupun perempuan untuk memahami tubuhnya serta mempelajari berbagai faktor yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi.
Beberapa masalah reproduksi yang umum terjadi pada usia remaja antara lain pubertas yang terlambat atau terlalu dini, infeksi menular seksual (IMS), amenore (tidak haid), kehamilan yang tidak direncanakan, hingga gangguan menstruasi.
Maka dari itu, penting bagi remaja untuk memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi, pencegahan IMS, serta hubungan yang sehat.
Menurut berbagai studi, sekitar separuh dari kasus infeksi HIV terjadi pada kelompok usia 15 hingga 24 tahun. Oleh karena itu, edukasi mengenai tubuh, seksualitas, alat kontrasepsi, kehamilan, dan isu kesehatan lainnya sangat penting bagi generasi muda.
"Masa remaja adalah saat di mana anak perempuan atau laki-laki memasuki masa pubertas, yaitu proses ketika tubuh mengalami perubahan fisik sebagai bagian dari transisi menuju dewasa yang mampu bereproduksi secara seksual," jelas Dr. Suhasini Inamdar, Konsultan Obstetri & Ginekologi di Motherhood Hospitals, Indiranagar, Bangalore, dikutip dari laman Hindustan Times.
"Ini adalah masa yang sangat penting karena remaja mengalami pertumbuhan yang cepat secara fisik, kognitif, dan psikososial." lanjutnya.
Berikut 10 tanda umum gangguan kesehatan reproduksi pada remaja yang dijelaskan oleh Dr. Inamdar dan Dr. Rolika Keshri, Konsultan Senior Obstetri & Ginekologi di CARE Hospitals, Hi-Tec City, Hyderabad:
1.Pubertas Terlambat
Perkembangan seksual biasanya terjadi dalam rentang waktu tertentu. Jika produksi hormon testosteron pada anak laki-laki atau estrogen pada anak perempuan tertunda, pubertas bisa datang lebih lambat dari seharusnya.
2. Hipogonadisme pada Pria
Kondisi ini terjadi ketika testis tidak mampu memproduksi hormon testosteron yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan maskulin selama masa pubertas.
3. Pubertas Dini
Pubertas yang datang terlalu cepat disebut pubertas dini. Ini berarti kematangan seksual terjadi lebih awal dari normal. Misalnya, sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan atau sebelum 9 tahun pada anak laki-laki.
4. Amenore
Amenore adalah kondisi ketika seorang gadis tidak mengalami menstruasi. Penyebabnya bisa karena ketidakseimbangan hormon, kelainan bawaan, kekurangan olahraga, atau pola makan yang tidak sehat. Masalah pada saluran reproduksi juga bisa menjadi faktor.
5. Perdarahan Rahim yang Tidak Normal
Remaja perempuan kerap mengalami perdarahan tidak teratur atau berkepanjangan dari rahim. Ini biasanya terjadi ketika ovarium tidak melepaskan sel telur (anovulasi), yang menyebabkan volume darah haid menjadi terlalu banyak atau sedikit.
BACA JUGA:
6. Siklus Menstruasi Tidak Teratur atau Tidak Ada
Beberapa remaja cenderung mengalami siklus menstruasi yang biasanya tidak disertai ovulasi sehingga menyebabkan ketidakteraturan. Namun, kondisi ini umumnya akan membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam beberapa bulan atau tahun.
7. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
Penyebab umum dari haid tidak teratur atau sedikit. Gejala lain bisa berupa jerawat, pertambahan berat badan, tumbuhnya rambut berlebih di wajah dan dada (hirsutisme), serta gangguan kesuburan. Umumnya, kondisi ini bisa ditangani dengan perubahan gaya hidup seperti olahraga teratur, pengaturan pola makan, dan penurunan berat badan.
8. Nyeri Haid Berlebihan (Dismenore)
Kram menstruasi yang parah sebelum atau saat haid bisa menjadi masalah serius bagi remaja perempuan. Penyebabnya bisa ringan, seperti ovulasi normal, hingga kondisi seperti endometriosis. Penanganannya bisa dengan obat pereda nyeri, konseling, pengobatan rumahan, kompres hangat, hingga penggunaan pil kontrasepsi atau tindakan bedah jika diperlukan.
9. Keputihan Tidak Normal
Keputihan yang berwarna, berbau, atau memiliki tekstur tidak biasa dan disertai gatal atau luka bisa menandakan infeksi atau masalah kesehatan lain. Penyakit menular seksual (PMS) sering menjadi penyebab, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
10. Pertumbuhan Abnormal
Adanya kista atau benjolan di area reproduksi seperti kista ovarium, tumor, miom rahim, atau benjolan di payudara (fibroadenoma) perlu diperiksa lebih lanjut oleh tenaga medis.
Selain itu, vaksinasi kanker serviks sangat dianjurkan untuk perempuan usia 9 hingga 45 tahun guna mencegah kanker serviks di masa depan. Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala di atas juga bisa disebabkan oleh kondisi lain yang tidak selalu berkaitan dengan gangguan reproduksi.