Bagikan:

JAKARTA - Belakangan ini, sejumlah masyarakat merasa was-was saat melihat galon air minum dalam kondisi penyok, terutama ketika diletakkan di atas dispenser. Kekhawatiran tersebut mencuat di media sosial, mempertanyakan apakah air di dalamnya masih layak dikonsumsi jika kemasan terlihat berubah bentuk.

Menanggapi hal ini, Hermawan Seftino, ahli teknologi pangan dari Universitas Trilogi, menegaskan galon penyok bukanlah pertanda air di dalamnya tercemar atau tidak aman.

Ia menjelaskan perubahan bentuk galon, khususnya yang terbuat dari bahan PET (Polyethylene Terephthalate), merupakan hal yang lumrah dan tidak memengaruhi kualitas air minum.

"Ini hal yang biasa terjadi dan tidak membahayakan. Masyarakat tidak perlu panik karena airnya tetap aman dikonsumsi," ujar Hermawan seperti dikutip ANTARA.

Hermawan memaparkan galon bisa tampak penyok karena adanya perubahan tekanan di dalam kemasan, terutama ketika air di dalamnya sudah mulai berkurang. Saat air mengalir keluar, tercipta ruang kosong yang memperbesar tekanan dari luar ke dalam, sehingga bagian galon tampak mengempis.

Menurutnya, galon berbahan PET memang lebih lentur dibanding galon berbahan polikarbonat (PC), sehingga mudah berubah bentuk saat volume air menurun. Namun, sifat lentur ini tidak berarti air di dalamnya terkontaminasi atau mengandung zat berbahaya dari kemasan.

“Bahan PET tidak akan melepaskan zat kimia ke dalam air meski bentuknya berubah. Jadi dari sisi keamanan pangan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” lanjutnya, sembari menambahkan perubahan bentuk hanya mengganggu tampilan, bukan fungsi atau keamanan.

Ia juga menjelaskan, kemasan air ukuran kecil seperti botol 600 ml atau 1 liter pun akan mengalami hal serupa jika ditekan dari luar saat tidak terisi penuh. Hal ini menjadi karakteristik alami dari bahan PET yang fleksibel.

Video yang sempat viral di platform TikTok memperlihatkan galon PET tampak penyok saat dipasang di dispenser, memicu pertanyaan netizen mengenai kualitas air. Video tersebut rupanya adalah versi modifikasi dari unggahan sebelumnya yang juga telah menuai reaksi warganet.

Sebagian pengguna internet justru menanggapi dengan santai dan menganggap keresahan tersebut sebagai kurangnya pemahaman terhadap sifat bahan kemasan makanan dan minuman. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai bagian dari persaingan bisnis, mirip dengan kontroversi sebelumnya seputar zat BPA pada galon berbahan PC.

Hermawan pun mengajak masyarakat untuk lebih bijak menyikapi informasi yang beredar dan mengedepankan fakta ilmiah terkait keamanan pangan.